Pagi itu tak ada yang berubah di SMA Negeri 3 Gane yang ada di Kampung Gane Dalam, Kecamatan Gane Barat Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. Semangat untuk cerdas, senantiasa nampak membayangi wajah-wajah polos berkostum putih abu-abu, saat kami memasuki sekolah tersebut.
Hari itu, Rabu 14 Maret 2018, pada sebuah ruangan kelas, sebanyak 56 siswa terlibat dalam proses belajar bersama mengenal lingkungan hidup, yang diselenggarakan oleh WALHI Maluku Utara. Dimulai dari mengenal apa itu lingkungan hidup, sejarah, kebijakan undang-undang, serta fungsi ekosistem pesisir dalam kehidupan manusia.
“Visi sekolah kami adalah menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan. Tentunya hal seperti ini sangat bermanfaat, dan menunjang pencapaian visi kami,” ujar Wakil Kepala Sekolah sesaat sebelum proses belajar bersama dimulai.
“Jadi, jangan lagi menebang pohon Mangrove sembarangan, bisa-bisa nyamuk serang Kampung Gane,” kelakar Yudi selaku fasilitator, yang disambut tawa riuh oleh peserta yang hadir.
“WALHI itu kepanjangannya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Pertanyaan saya, apa itu Wahana?” Tanya Fitri. Celetukan yang tiba-tiba itu, cukup membuat fasilitator menjadi kelabakan dan kembali mengundang tawa semua peserta.
Yudi selaku fasilitator, juga mengajak para siswa dan guru yang hadir untuk terlibat dalam kegiatan pembibitan, penyemaian dan penanaman Mangrove di beberapa lahan kritis yang terdapat di Kampung Gane Dalam. Kegiatan penanaman mangrove merupakan sarana praktek di alam terbuka dan merupakan rangkaian kegiatan yang sering dilakukan WALHI di wilayah pesisir.
“Kalau hutan itu habis, bisa menyebabkan banjir, tanah longsor dan juga berdampak pada pemanasan global serta perubahan iklim. Ujung-ujungnya, merugikan kepentingan hidup manusia. Untuk itu, sebagai manusia, penting bagi kita semua untuk peduli bersama menjaga tatanan ekosistem yang telah ada sebelumnya, buat kita yang hidup saat ini, juga generasi mendatang.” Pungkas fasilitator di penghujung materinya pada hari itu.(*jmnf)