Sekely, adalah salah satu kampung yang awalnya merupakan tempat singgah dan ruang ekonomi para nelayan dan pekebun asal Gane Dalam. Lama kelamaan, berubah menjadi dusun dan akhirnya menjadi sebuah perkampungan. Masuk dalam wilayah Kecamatan Gane Barat Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan.

Penghasilan utama masyarakat setempat adalah pekebun kopra dan pala, sebagian kecilnya menjadikan laut sebagai sumber ekonomi. Sayangnya saat ini, sebagian besar areal perkebunan warga masuk wilayah konsesi perkebunan sawit. Ada yang dengan terpaksa melepas lahan garapannya kepada perusahaan, namun ada juga yang masih tetap bertahan.
Atas permintaan warga kampung, pada hari Kamis, 22 Maret 2018, WALHI Maluku Utara melakukan proses belajar bersama tentang pemetaan wilayah kelola rakyat. Mengenal kembali sejarah kampung, tata kuasa atas lahan, dan tata kelola serta tata produksi yang berlaku secara turun temurun. Selain itu, warga juga dilatih mengenal dan mengoperasikan perangkat GPS (Global Position System), skala dan jenis jenis peta, serta teknik pengambilan koordinat dan input data.


“Telah lama kami ingin ada peta wilayah kampung sendiri. Sejak masuknya perusahaan sawit, kami sudah tak lagi tahu, berapa areal wilayah perkebunan warga yang tergusur. Alhamdulilah, akhirnya bisa terlaksana juga,” ungkap Pak Ruslan Mahmud, Ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa. Ia terlibat aktif hingga saat praktek lapangan pengambilan titik koordinat batas wilayah kampung.

Pelatihan sekaligus pemetaan berlangsung selama seminggu. Hampir semua warga terlibat penuh. Demikian pula aparatur kampung. Semangat belajar, dan memiliki peta kampung, menjadi jelas tergambar di raut wajah, ketika semua itu usai dan tuntas dikerjakan oleh mereka sendiri.


Saat ini, selain menghadapi perampasan lahan oleh perusahaan perkebunan sawit, warga juga berhadapan dengan hama kumbang yang menyerang tanaman kelapa. Menurut penuturan warga, sudah dua tahun belakangan, mereka selalu gagal panen.
Senja di kaki Pulau Halmahera masih indah, saat kami bergerak meninggalkan kampung kecil itu. Sayangnya, nyiur di pesisir tak lagi riang bernyanyi dalam terpaan angin Selatan. (Ical, Yudi, Jojo).